Peran Kepemimpinan dalam Meningkatkan Literasi: Menumbuhkan Budaya Belajar dan Membaca di Era Society 5.0 dalam Konteks IMM

 Oleh: 

Umar Hamid Nugroho, Muhammad Farhani Akbar, Dinda Asyiyah, 

Bidang Kajian dan Pengembangan Keilmuan PK IMM Fakultas Psikologi UHAMKA 2024-2025


       Era Society 5.0 menandai perubahan besar dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam konteks pendidikan dan kepemimpinan. Dalam fase ini, kemajuan teknologi yang sangat pesat, seperti kecerdasan buatan (AI), internet of things (IoT), dan analisis data besar (big data), mengubah cara manusia berinteraksi, bekerja, dan belajar. Bagi IMM, pemahaman akan perubahan ini dan bagaimana memanfaatkan potensi teknologi digital menjadi sangat penting dalam meningkatkan literasi dan menumbuhkan budaya belajar yang relevan dengan perkembangan zaman.

       Sebagai organisasi kemahasiswaan yang berlandaskan pada nilai-nilai Islam dan pendidikan, IMM memiliki peran penting dalam memastikan bahwa anggota dan kader-kadernya siap menghadapi tantangan yang ditimbulkan oleh Society 5.0. Di era ini, kecakapan literasi tidak hanya mencakup kemampuan membaca dan menulis, tetapi juga kemampuan untuk memahami, menganalisis, dan menggunakan informasi yang bersumber dari teknologi digital untuk pengambilan keputusan yang tepat, serta menyumbangkan pengetahuan untuk kemajuan masyarakat.

        Dalam konteks IMM, kepemimpinan menjadi kunci utama dalam proses pengarusutamaan literasi berbasis teknologi digital. Pemimpin IMM harus mampu memimpin perubahan dengan menciptakan budaya belajar yang adaptif terhadap kemajuan teknologi. Pemimpin yang memiliki visi tentang Society 5.0 dan literasi digital akan dapat memberikan arah yang jelas kepada anggota IMM dalam mengembangkan keterampilan literasi yang relevan dengan tuntutan zaman.

Menurut Nooyi (2018), kepemimpinan adalah tentang menciptakan budaya inovasi dan pembelajaran, di mana setiap orang didorong untuk berpikir kreatif, berani mengambil risiko, dan merangkul perubahan. Dalam hal ini, kepemimpinan IMM yang transformasional dan inovatif akan dapat menumbuhkan budaya belajar yang dinamis, mendorong anggota untuk lebih melek terhadap teknologi, serta beradaptasi dengan cara-cara baru dalam belajar dan berinteraksi.

        Pemimpin IMM juga perlu memastikan bahwa literasi digital menjadi bagian dari program pendidikan dan pengembangan anggota. Misalnya, dengan memanfaatkan platform e-learning, webinar, dan aplikasi pembelajaran berbasis AI, anggota IMM dapat mengakses berbagai sumber daya untuk meningkatkan keterampilan literasi mereka, tidak hanya dalam membaca dan menulis, tetapi juga dalam memahami dan memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan kualitas diri dan kontribusi mereka dalam masyarakat.

       Di Era Society 5.0, perkembangan teknologi dan digitalisasi mempengaruhi cara anggota IMM  berinteraksi dan belajar. Dengan adanya kepemimpinan yang visioner dan kolaboratif, IMM dapat menciptakan kebijakan yang mendukung pemerataan akses teknologi, serta mengedukasi anggota agar tidak hanya menjadi konsumen teknologi, tetapi juga produsen yang cerdas. Kepemimpinan IMM yang bersifat kolaboratif akan mendorong kerjasama antar sektor, baik dengan lembaga pendidikan lain maupun dengan industri teknologi, untuk meningkatkan literasi digital di kalangan anggota.

Dampak positif dari kepemimpinan IMM yang terbuka terhadap perkembangan Era Society 5.0 adalah terciptanya anggota IMM yang tidak hanya terampil secara akademis, tetapi juga memiliki kemampuan literasi digital yang tinggi. Hal ini akan berkontribusi pada peningkatan kualitas organisasi IMM secara keseluruhan, yang lebih mampu merespons perkembangan zaman dengan efektif dan efisien. Institusi IMM yang dipimpin oleh individu dengan wawasan yang luas tentang Society 5.0 akan menjadi lebih relevan dalam menjawab tantangan zaman, serta lebih mampu melahirkan pemimpin-pemimpin masa depan yang siap menghadapi dunia digital.

          Meskipun demikian, tantangan dalam meningkatkan budaya literasi berbasis teknologi digital di IMM tetap ada. Salah satu tantangannya adalah terbatasnya akses teknologi di beberapa daerah atau cabang IMM, yang dapat menyebabkan kesenjangan dalam penerapan literasi digital. Selain itu, peralihan dari metode pembelajaran tradisional menjadi metode modern berbasis digital juga memerlukan adaptasi, baik dari anggota IMM maupun pengajarnya.

Pemimpin IMM perlu menyikapi tantangan ini dengan bijaksana. Model kepemimpinan transformasional dan inovatif dapat membantu mengatasi kesenjangan akses teknologi dengan menciptakan kebijakan yang inklusif, seperti menyediakan perangkat digital untuk cabang-cabang yang kurang memiliki fasilitas teknologi. Selain itu, pemimpin IMM harus memastikan bahwa anggota IMM di seluruh wilayah memiliki akses yang sama terhadap pelatihan literasi digital dan sumber daya pendidikan berbasis teknologi.

Kepemimpinan IMM dalam meningkatkan literasi di Era Society 5.0 memainkan peran yang sangat penting dalam mempersiapkan anggota dan institusi IMM untuk beradaptasi dengan perkembangan teknologi yang cepat. Dengan model kepemimpinan yang transformasional, inovatif, visioner, dan kolaboratif, IMM dapat menciptakan budaya belajar dan membaca yang berbasis teknologi digital yang inklusif dan adaptif. Hal ini akan mempersiapkan anggota IMM untuk tidak hanya menjadi konsumen teknologi, tetapi juga inovator yang dapat berkontribusi pada kemajuan masyarakat dan bangsa.

Editor: Umar Hamid Nugroho, Dinda Asyiyah, Muhammad Farhani Akbar.






Komentar

Postingan populer dari blog ini

Harmoni dalam Komunikasi Organisasi

GEMALI

Pemimpin Cahaya