Bertumbuh dalam sebuah wadah

 Oleh: 

Anggraini Fathiah Ningsih, Faizatul Mufida, Indah Nurul Husna

Bidang Ekonomi dan Kewirausahaan PK IMM Fakultas Psikologi UHAMKA 2024-2025  


    Di sebuah ruangan kecil ukuran persegi, di pantulan cermin, saat ini aku memikirkan sesuatu. Di kesunyian malam, pikiranku berputar-putar dengan cepat. Langkah yang baru untuk memulai sesuatu, namun masih terasa hampa bagiku. Rasa sepi dan hampa. Semua seperti seolah-olah menjadi satu.

    Mengingat sesuatu yang pernah terjadi di masa lampau, rasanya seperti mengingatkan kembali pada puing-puing yang hilang. Berserakan. Tidak teratur. Akankah saat ini aku mengambil keputusan itu lagi? Memberi kesempatan pada diri sendiri untuk menata ulang itu lagi? Atau akan terasa hampa lagi nantinya? Semua berkecamuk menjadi satu di kepalaku saat ini. Ragu. Takut. Namun, aku harus mencoba. Tapi darimana? Darimana langkah awal ini akan aku mulai?

 Matahari sudah di titik zenit. "Sepertinya aku harus berangkat sekarang ke kampus," batinku.

   Ia menatap mading yang penuh dengan pengumuman. "Organisasi di Universitasku," gumamnya pelan. Rasa ingin tahunya membara, namun keraguan menyelimuti hatinya. Namun, langkahnya terus berjalan menyusuri koridor kelas. "Alessia, kamu mau ikut?" suara Flavia, sahabatnya, memecah keheningan. Flavia berdiri di sampingnya, menunjuk ke arah mading. "Lihat, ada open recruitment di organisasi kampus. Ini kesempatan bagus!"

    Melihat mimik wajahnya yang penuh keraguan, Flavia tersenyum. "Kita tidak akan tahu jika tidak mencoba. Lagipula, kita bisa belajar bersama."

    Di kantin, mereka melanjutkan obrolan yang tadi sempat tertunda. Ilaria, sahabat mereka yang baru saja bergabung, mendengarkan dengan seksama. "Aku belum pernah ikut organisasi sebelumnya," katanya, "tapi aku ingin mencoba. Aku ingin mencoba tantangan baru dihidupku" lanjutnya seraya bergumam kecil.

    Alessia menatap Flavia dan Ilaria, merasakan semangat yang sama. "Kalau begitu, kita bertiga bisa saling mendukung. Mari, kita ambil langkah pertama ini bersama."

   Seiring berjalannya waktu, tak terasa hari pengumuman pun tiba. Kami bertiga dinyatakan lolos dalam organisasi yang memiliki bidang yang sama. Hari pelantikan pun tiba. Di lapangan yang terik, Alessia, Flavia, dan Ilaria berdiri di depan para senior.

   Alessia berdiri di barisan paling depan, punggungnya tegak, dan tatapannya fokus. Baginya, pelantikan ini bukan sekadar seremonial belaka, melainkan langkah besar menuju jenjang kepemimpinan yang lebih tinggi.

    Ia sudah merasakan dinamika organisasi sejak lama, tetapi kali ini, tantangannya berbeda. Ia ingin lebih dari sekadar anggota—ia ingin menjadi seseorang yang bisa membawa perubahan dan sebuah dampak yang positif. Tidak hanya bagi anggota nya saja, tetapi untuk semua orang yang berada disekitarnya.

   Di sebelahnya, Flavia menggenggam jemarinya sendiri. Ini adalah jenjang yang baru baginya, lebih luas dan besar, serta ada semangat yang terbakar perlahan tumbuh di dadanya. Ia ingin belajar menjadi bagian dari sesuatu yang lebih besar dari dirinya sendiri.

   Ilaria berdiri di barisan yang berbeda dari mereka, sedikit lebih jauh ke samping. Matanya mengamati setiap sudut yang ada. Ia bahkan masih bertanya-tanya, bagaimana ia bisa sampai di sini. Tidak seperti yang lain, ini adalah kali pertamanya bergabung dalam organisasi. Ia tidak tahu apa yang akan terjadi setelah ini, apakah ia bisa mengikuti ritme atau malah tertinggal. Namun, ada sesuatu yang menarik—mungkin rasa penasaran, atau mungkin dorongan kecil dalam hatinya yang ingin membuktikan bahwa ia juga bisa.

Saat sumpah telah diucapkan, tepuk tangan terdengar riuh, menandakan bahwa kami semua yang berdiri di atas rumput hijau siang ini telah resmi menjadi bagian dari sebuah wadah organisasi.Beberapa senior tersenyum bangga. Ketua organisasi melangkah ke depan, menatap seluruh anggota organisasi dengan penuh arti sebelum akhirnya berbicara "Selamat datang di organisasi ini," kata sosok lelaki yang baru saja dilantik sebagai ketua umum dari organisasi ini, "kita akan belajar dan tumbuh bersama." Mereka menerima amanah dengan penuh harapan dan sedikit ketegangan.

     Setelah pelantikan, mereka berkumpul di ruang diskusi. Suasana hangat dan penuh semangat. "Kita harus saling mendukung dan berkolaborasi," Alessia mengusulkan. "Setiap ide harus didengar, tidak peduli seberapa kecilnya."

    Itulah mengapa, kurasa, itu sudah seharusnya begitu. Dari ide-ide kecil itulah akan tumbuh sesuatu yang besar nantinya.

    Ilaria, yang awalnya merasa canggung, mulai berani berbicara. "Aku punya ide untuk kewirausahaan organisasi ini. Bagaimana kalau kita mengundang teman-teman kita yang berwirausaha di kampus ini untuk berkembang bersama?"

Alessia tersenyum. "Itu ide yang bagus, Ilaria! Mari kita kembangkan bersama."

   Mereka mulai merancang acara, saling bertukar pikiran, dan belajar untuk beradaptasi dengan tanggung jawab masing-masing. Dalam proses itu, mereka menemukan kekuatan dalam kebersamaan.

    Beberapa bulan berlalu, dan mereka telah melalui banyak hal. Alessia merenung di sudut ruangan, mengenang perjalanan mereka. "Aku tidak pernah menyangka bisa belajar begitu banyak," katanya pada Flavia dan Ilaria. "Organisasi ini bukan hanya tentang kepemimpinan, tetapi juga tentang persahabatan dan saling mendukung."

     Jalan nya memang tidak mudah dan tidak juga sulit. Tidak mulus, tidak juga berliku. Namun, dengan berjalan bersama mengemban amanah ini dengan rasa cinta tanpa sebuah keterpaksaan, membuat jalan ini terasa begitu leluasa. Aku tidak lagi menemukan kehampaan itu. Tidak lagi merasa akan kesepian di tengah ramai nya isi kepala. Mau bagaimanapun inilah jalan yang sudah kupilih. Dan jalan mereka juga, tak perlu menghitung waktu. Karena, ini semua akan begitu cepat berlalu. Bagai karang yang terkikis menjadi pasir dengan proses yang begitu lama, namun tetap kokoh, seperti perjalanan singkat ini. Proses yang kami jalani begitu lama, namun, kami saling menguatkan pondasi satu sama lain. Sehingga terbentuklah sebuah wadah yang kokoh dari pondasi orang-orang yang kuat.

Editor: Umar Hamid Nugroho, Dinda Asyiyah, Muhammad Farhani Akbar

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Harmoni dalam Komunikasi Organisasi

GEMALI

Pemimpin Cahaya