Memaknai Perjuangan Pahlawan melalui Pendidikan Karakter selama Masa Pandemi

Memaknai Perjuangan Pahlawan melalui Pendidikan Karakter selama Masa Pandemi

Oleh : Meinur Chadijah

Pemenang ke-2 Lomba Artikel Populer PK IMM Psikologi UHAMKA

Tepat pada hari Senin di tanggal 17 Agustus telah 75 tahun Indonesia merdeka dari penjajahan yang membelenggunya selama 353,5 tahun. Telah usai sudah perjuangan pahlawan terdahulu dalam mempertahankan tanah dan wilayah yang makmur ini. Indonesia sendiri terkenal akan tanahnya yang subur dan lautnya yang luas. Sungguh kaya sekali negeri ini karena berlimpah akan Rahmat Tuhannya. Maka dari itu, banyak sekali negera di benua manapun ingin memiliki Indonesia. Orang zaman dahulu berkata, jika engkau menancapkan kayu/ranting ke tanah maka kayu/ranting tersebut akan menjadi pohon yang rindang. Tidak hanya daratan, Indonesia memiliki lautan yang amat laus beserta kehidupan di dalamnya seperti ikan-ikan yang melimpah ruah dan segala jenis seafood. Indonesia pun memiliki objek wisata yang tak kalah bagusnya seperti Raja Ampat, Kepulauan Seribu, Gunung Rinjani dan keindahan lainnya.

Pertanyaannya sekarang, Sudahkah kita berjuang untuk mempertahankan rumah kita (Negeri Indonesia) dari para penjajah yang rupanya sudah tidak berwujud lagi. Sekarang penjajahan bisa melalui ideologi, perekonomian, maupun moral. Sudahkah kita setidaknya menghayati perjuangan para pahlawan terdahulu kita sehingga tumbuh rasa cinta Tanah Air?. Hal itu tentunya akan terjawab pada diri masing-masing. Di tahun 2020 ini, perayaan kemerdekaan sangatlah berbeda dengan perayaan sebelumnya, karena pada tahun ini dunia tengah didera oleh virus berbahaya yaitu COVID-19. Hampir 5 bulan lamanya semenjak Indonesia pertama kali dinyatakan untuk melakukan social distancing di rumahnya masing-masing. Pemerintah pun tengah berupaya untuk keluar dari situasi yang menyulitkan ini, baik dari sektor ekonomi, pendidikan, politik, ketenagakerjaan, dsb.

Sungguh kita telah merdeka, namun kita masih dijajah oleh kemiskinan dan kebodohan yang menjadi teman akrab kita sehari-harinya. Selama pandemi, pasien-pasien terdampak terus bertambah membuat masyarakat semakin panik dan menimbulkan spekulasi-spekulasi negatif kepada Pemerintah. Tumbuh rasa curiga antar masyarakat serta yang mengarah kepada konspirasi. Pandemi menimbulkan perilaku-perilaku baru lainnya seperti rasa tidak percaya kepada tim medis, mengambil dengan paksa jenazah pasien, perubahan sistem pembelajaran, sikap acuh masyarakat dalam menghadapi pandemi.  

Sistem pendidikan Indonesia selama pandemi menjadi compang-camping. Pembelajaran secara daring yang diterapkan pemerintah menjadi tidak berhasil dikarenakan ketidaksamarataan pengadaan fasilitas seperti gadget dan akses internet di tiap daerah. Bagi siswa yang tinggal di daerah kota, tentulah menjadi hal yang mudah untuk mendapatkan akses internet, akan tetapi bagi yang berada di daerah terpencil merupakan suatu hambatan yang besar. Seorang ayah rela mencuri handphone di sebuah toko gadget demi proses pembelajaran si anak. Sungguh ironi pendidikan. Pesan para pejuang kepada penerus bangsa untuk mencerdaskan kehidupan berbangsa dan bernegara mungkin akan menjadi angan-angan jika tidak ada tindakan selanjutnya dari pemerintah.

Pendidikan Karakter,

Terdiri dari dua kata yaitu pendidikan dan karakter. Menurut KBBI, pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Sedangkan untuk karakter sendiri bermakna sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain. Karakter menjadi aspek yang penting bagi kesuksesan manusia di masa yang akan mendatang. Karakter yang kuat akan membentul mental yang kuat, pantang menyerah, berani dalam menghadapi tantangan. Karakter yang kuat juga menjadi prasyarat seorang pemenang  dalam medan kompetensi yang akan mendatang.

Berbanding terbalik dengan seseorang yang memiliki karakter yang kuat, seseorang dengan karakter yang lemah akan menjadi pecundang yang cepat putus asa dan gampang menyerah, tidak memiliki prinsip, pragmatis dan oportunitis, dan tidak memiliki keberanian untuk berjuang, penakut dan selalu ceroboh. Maka dari itu, pentingnya pendidikan karakter bagi setiap manusia. Pendidikan karakter harus disosialisasikan, diinternalisasikan, diimplemetasikan, dan ditumbuhkan bahkan sejak dini disemua level kehidupan berbangsa dan bernegara.

Lembaga pendidikan harus terampil sebagai pioneer pendidikan karakter dalam membangun karakter yang bermoral dan berakhlak. Individu yang berkarakter baik akan mampu membuat keputusan dan siap mempertanggung jawabkan akibat akan keputusan yang telah dibuatnya. Pendidikan karakter sendiri telah menjadi tujuan pendidikan nasional yang terdapat pada Pasal 1 UU SISDIKNAS tahun 2003 yang berbunyi diantara tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki kecerdasan, kepribadian, dan akhlak mulia. Amanah dari UU SISDIKNAS tersebut bermaksud agar pendidikan tidak hanya berfokus membentuk individu yang cerdas saja, namun juga memiliki kepribadian dan berkarakter baik. Sehingga lahirlah penerus bangsa yang tumbuh berkembang dengan nilai-nilai moral serta nilai-nilai luhur bangsa dan agama.

Urgensi serta signifikan karakter dalam membangun moralitas, mentalitas, dan jiwa bangsa Indonesia yang sedang kehilangan jati dirinya haruslah berprioritas kepada kader-kader muda yang kelak mampu menjadi transformator bangsa yang lebih baik.

Di masa pandemi ini, tentulah pendidikan karakter yang biasanya diajarkan oleh guru kita di sekolah menjadi tidak ada. Dikarenakan tidak mampunya untuk melaksanakan pendidikan karakter tersebut selama pembelajaran secara daring. Maka menjadi tanggung jawab orang tua di rumah untuk memberikan pendidikan karakter di rumah kepada anak selama pandemi. Salah satu ajaran yang terkenal dari Bapak Pendidikan Indonesia yaitu, Bapak Ki Hajar Dewantaran adalah bahwa setiap orang menjadi guru setiap rumah menjadi sekolah. Maka dari itu pemerolehan pengetahuan, keterampilan, dan karakter yang baik itu tidak selalu menjadi tugas guru di sekolah ataupun dengan pendidikan yang resmi. Namun, orang tua di rumah pun dapat menjadi guru yang mampu memberikan pendidikan karakter kepada anak-anaknya.

Al-Qur’an sendiri menjelaskan tentang pendidikan islami seperti di dalam surah Al-Lukman ayat 13 yang artinya “Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran kepadanya Wahai Anakku! Janganlah Engkau Mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar”. Makna dari ayat tersebut menjelaskan bahwa dalam Islam yang pertama kali diajarkan adalah pendidikan karakter yang dilakukan oleh orang tua di rumah. Karena pendidikan yang paling pertama adalah pendidikan yang didapatkan oleh orang tua di rumah.

Kemerdekaan Indonesia akan terwujud jika bangsa Indonesia sudah terlepas dari  belenggu kebodohan. Jika dahulu para pejuang melawan penjajah demi kemerdekaan Indonesia, maka ini saatnya bagi kaum muda untuk mempertahakan kemerdekaan Indonesia dengan membentuk karakter nya menjadi lebih kuat agar tidak goyah jika Indonesia akan direbut kembali oleh negara lain. Mari gelorakan semangat kemerdekaan untuk membentuk Indonesia menjadi lebih baik.

 

Sumber Refrensi

Wekke, Ismail Suardi. 2020. Kemerdekaan di Tengah Pandemi.

Simeulue, Kalimin. 2013. Makna Pendidikan Karakter.kompasiana.com

Aji, Takhroji. 2020. Pendidikan Karakter di Masa Pandemi, Menjadi Tanggung     Jawab Siapa?. bdkjakarta.kemenag.go.id

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Harmoni dalam Komunikasi Organisasi

GEMALI

Pemimpin Cahaya