Toxic Relationship di Dalam Hubungan Pertemanan
Oleh : Wike Nur Peni
Pernah ga sih
teman-teman mendengar kata toxic?
Tentu pernah dong atau mungkin teman-teman sudah sering
mendengar kata tersebut. Kata toxic sudah
tidak asing lagi di zaman sekarang, meskipun diambil dari bahasa asing, kata toxic sudah biasa terdengar dan takbanyak
orang yang belum mengetahui maknanya. Takhanya dikalangan remaja saja orang
dewasa bahkan juga sering mendengar kata tersebut. Toxic berasal dari bahasa inggris yang menurut KBBI artinya racun, mengandung
racun, dan berbisa. Menurut Amelia.I. (2021) toxic merupakan kata gaul yang biasa digunakan
oleh remaja atau milenial untuk mengatakan hal-hal yang bersifat negatif. Selain
itu, istilah toxic diartikan sebagai
sesuatu yang dapat merugikan atau memberi pengaruh buruk bagi orang lain .
Setelah mengetahui penjelasan
tentang apa itu toxic, bagaimana
dengan kalimat toxic relationship? Mungkin sebagian orang
pernah mendengar kalimat tersebut dan mungkin sebagian orang lagi belum pernah mendengarnya. Dikalangan
remaja di masa sekarang toxic relationship diartikan sebagai hubungan
yang beracun yang memberi pengaruh buruk bagi orang yang menjalaninya. Ahli
komunikasi dan psikologi Dr. Lilian Glass dalam bukunya yang berjudul toxic people (1995) mengatakan
bahwa toxic relationship adalah suatu hubungan dimana salah satu pihak
mengontrol pihak yang lain dengan berusaha memiliki kontrol yang besar, bisa
dikatan juga sebagai hubungan yang tidak saling mendukung antara satu sama
lain. Toxic relationship tidak hanya dapat terjadi di dalam hubungan percintaan
saja melainkan juga dapat terjadi di
dalam hubungan pertemanan.
Toxic relationship
dapat menimbulkan pengaruh buruk baik dari fisik maupun dari psikologis
seseorang. Primatia,Y.W (2017) mengatakan bahwa pengaruh psikologis yang
dialami seseorang akibat dari toxic relationship adalah seseorang atau
individu dapat menjadi pribadi yang pesimis, dan membenci dirinya sendiri, yang
pada akhirnya akan menimbulkan emosi negatif pada individu atau pribadi
tersebut. Huda, K. I. N. (2021) juga menyebutkan Banyak orang yang menyadari bahwa mereka
sedang terjebak di dalam hubungan yang toxic,
namun sulit untuk keluar dikarenakan adanya sikap optimisme bahwa teman atau
pelaku toxic tersebut akan berubah
atau adanya ketakutan akan tidak mempunyai teman
Pada zaman
sekarang Toxic relationship dalam
hubungan pertemanan sudah banyak
terjadi. Takhanya pernah mendengar berita bagaimana seseorang menerima
perlakuan toxic, orang di sekitar
kita bahkan kita sendiri tanpa disadari juga pernah menerima perlakuan tersebut Bagaimana sih cara mengenali hubungan
pertemanan yang sehat (healthy relationship) dan hubungan
pertemanan yang tidak sehat (toxic relationship)? Untuk
membedakannya kita dapat mengenali dengan mengetahui serta memahami perilaku
apa saja yang dapat dilakukan oleh pelaku dari hubungan pertemanan yang tidak
sehat atau yang dikenal dengan istilah toxic
relationship.
Berdasarkan pendapat Glass (1995), ada
beberapa perilaku yang biasanya dilakukan oleh pelaku dari toxic relationship,
diantaranya sering merendahkan orang lain, pribadi yang sering merendahkan
orang lain biasanya sering mengucapkan
hal buruk tanpa memikirkan perasaaan orang lain, bahkan tanpa merasa bersalah, orang yang
sering merendahkan orang lain juga akan benci ketika menerima masukan.
Perilaku selanjutnya
menurut Glass (1995) adalah ucapan toxic,
ucapan toxic ini merupakan ucapan
yang terdengar egois sehingga tidak memikirkan perasaan orang lain, biasanya
orang yang sering mengucapkan kalimat toxic
kerap melontarkan kata-kata negatif, seperti “dia pasti kesulitan” atau “dia memang
begitu” atau “itu masalah mereka”,
kata-kata tersebut akan terdengar memalukan dan menyakitkan bagi korban
dari perilaku tersebut.
Selanjutnya adalah
perilaku memaki orang lain, perilaku ini
ditandai dengan seringnya mengucapkan kalimat “seharusnya” atau “tidak mungkin”
atau “mengapa tidak” yang dilontarkan tanpa memberi solusi, hal tersebut
biasanya menyebabkan korban selalu merasa bersalah dan sering merasa tersudut.
Glass (1995) mengatakan pelaku toxic relationship juga suka menguping, perilaku seperti ini selalu
ingin mendapatkan informasi bahkan yang tidak seharusnya didengar, informasi yang didapatkan pada akhirnya
dimanipulasi agar orang-orang mau mendengarkannya.
Pujian yang menyindir
juga termasuk salah satu dari perilaku toxic,
pelaku dengan ciri seperti ini senang melontarkan kalimat pujian kepada korban,
namun pada akhirnya menjadi sesuatu yang memalukan atau tidak menyenangkan, hal
ini biasanya dilakukan pelaku untuk merendahkan orang lain sekaligus
mendapatkan perhatian.
Perilaku yang sering
dilakukan oleh pelaku toxic relationship yang terkahir menurut Glass
(1995) adalah sindroma “saya hanya bercanda” mereka selalu berbohong dan
menjadikan sesuatu yang tidak ada hubungannya sebagai suatu alasan untuk
menutupi kebohongannya yang tentunya perilaku seperti ini akan memberikan
pengaruh buruk bagi korban dan hubungan pertemanan itu sendiri. Dan masih banyak
lagi perilaku lainya yang biasa
dilakukan oleh pelaku toxic people tidak hanya berdasarkan pendapat
dari Glass saja melainkan juga ahli-ahli psikologi lainya.
Nah, Setelah membaca mengenai penjelasan tersebut tentu teman-teman sekarang sudah mengetahui dan sudah dapat membedakan bagaimana perilaku yang sering dilakukan oleh pelaku toxic relationship di dalam hubungan pertemanan. Dengan demikian diharapakan teman-teman dapat menghindari hubungan pertemanan yang toxic tersebut, jika hubungan pertemanan yang seperti ini terus berlanjut, maka akan memberi pengaruh buruk tidak hanya menganggu hubungan pertemanan melainkan dapat menggangu mental dan psikis dari korban toxic relationship. Semoga kedepannya kita semua dapat dijauhkan dari toxic people yang menyebabkan toxic relationship di dalam suatu hubungan pertemanan.
E-mail : wikenurpeni23@gmail.com
Komentar
Posting Komentar