The ancient religion - part 1
The Ancient
Egyptian Civilization and Polytheism Believes.
Asalamualaikum
Warohmatullahi Wabarokatuh.
Para pembaca yang dimuliakan
oleh Allah. Sepanjang kehidupan manusia hidup dimuka bumi, kita tak akan bisa
terlepas dari ajaran agama. Agama dalam kehidupan kita berperan sebagai
pedoman, petunjuk arah dalam berperilaku, dan azaz berprikemanusiaan yang baik
berbudi pekerti yang luhur. Manusia dimuka bumi ini tentu ingin mencari
ketenangan dan kedamaian hidup yang salah satu cara agar bisa memperoleh itu
adalah dengan beragama. Dahulu kala manusia percaya akan adanya
kekuatan-kekuatan supranatural yang dimiliki oleh alam, mereka menyembah batu,
tumbuh-tumbuhan, air, udara, matahari, bumi dan bulan yang mana kepercayaan ini
disebut sebagai Animisme. Sejalan dengan itu agama didunia ini pun mengalami
perkembangan dan perubahan, maka muncullah ribuan aliran kepercayaan atau agama
demi mencari keberadaan Tuhan yang hakiki dan kebahagiaan yang sejati.
Agama yang pernah
tumbuh berkembang di muka bumi ini cukup banyak jumlahnya, namun sebagian ada
yang sudah punah baik ajarannya, pemeluknya, dan budayanya. Dan sebagian
lainnya masih hidup sampai sekarang, bahkan semakin meluas kemana-mana. Salah
satu agama yang sudah punah adalah kepercayaan masyarakat mesir kuno yang
mempercayai banyak Tuhan, berikut kami sampaikan artikelnya, selamat membaca….
---
Gambar : eye of ra
A. Asal usul
kepercayaan Mesir kuno
Negara Mesir, atau bisa juga
disebut dengan Arab Republic of Egyptian. Mesir termasik wilayah Afrika utara
dengan ibu kotanya sekarang ini yaitu Kairo. Mesir merupakan negara dengan suhu
udara terpanas di dunia, hal ini wajar terjadi mengingat negara ini jarang
mengalami hujan dan 96% wilayahnya adalah gurun pasir. Persebaran penduduk di
negara ini sangat tidak merata, karena 99% penduduknya hanya menempati 3,5%
dari keseluruhan areal di negara ini. Kebanyakan mereka semua tinggal di
pesisir pantai dan di tepi sungai Nil. Sungai Nil adalah sungai terpanjang di
dunia dengan panjang mencapai 6400 km mengalir lewat empat negara sekaligus
yaitu Uganda, Ethiopia, Sudan dan Mesir. Sungai ini mengalir dari selatan ke
utara menuju laut Mediteriania dan memiliki banyak sumber mata air yang berasal
dari berbagai negara di Afrika tengah seperti dari Danau besar Victoria di
Uganda, dari pegunungan di sisi utara Ethiopia dan lainnya.
Gambar : peta
sungai Nil melewati 4 negara
Gambar :
pesebaran situs sejarah Mesir kuno
Berkat
keberadaan sungai Nil inilah yang pada akhirnya membuat Mesir menjadi negara
agraris seperti Indonesia. Setiap tahun, air sungai Nil meluap di beberapa
titik hingga menyebabkan banjir di sisi kiri dan kanan sungai tersebut, banjir
yang membawa material pasir dan lumpur tersebutlah yang pada akhirnya
menyebabkan lembah-lembah seluas 15-50 km disekitar sungai Nil menjadi subur
dan cocok untuk dibuat pertanian. Hal inilah yang menarik masyarakat Mesir
untuk mulai hidup dan membangun peradaban disekitar sungai tersebut. Masyarakat
Mesir kuno hidup disekitar lembah-lembah didekat sungai Nil, berkat bantuan saluran
irigasi yang mereka buat, mereka bisa dengan mudah bercocok tanam sampai musim
panen tiba.
Berawal dari
lembah sungai Nil. Masyarakat mulai mengenal sistem politik dengan membentuk
organisasi kekuasaan untuk mengatur pembagian aliran air sungai demi
keberlangsungan hidup pertanian mereka, perkembangan organisasi inilah yang
akhirnya membentuk kekuasaan tuan tanah yang merupakan cikal bakal embryo
munculnya Firaun-firaun dikala itu. Firaun adalah nama gelar yang diberikan kepada
raja-raja Mesir kuno oleh masyarakat karna dianggap sebagai dewa, dimana
masyarakat harus tunduk dan patuh pada segala perintah raja.
Masyarakat Mesir
adalah masyarakat Politheisme yang artinya mereka menyembah banyak dewa. Dalam
kepercayaan mereka dewa tertingga adalah
dewa matahari (Ra) yang kemudian berubah sebutannya menjadi Amon-Ra (dewa bulan
dan matahari). Untuk memuja dewa tertinggi ini, masyarakat Mesir kuno membangun
semacam tugu dari batu yang bagian atasnya meruncing segitiga dan disekitar
tugu tersebut tedapat gambar-gambar Pictogram yang disebut dengan tulisan
Hieroglyraph, tugu ini disebut juga sebagai obelisk monument.
Gambar : monumen
obelisk
Ada 9 dewa-dewa
utama menurut kepercayaan Mesir kuno yaitu :
1. Dewa Ra /
Amon-Ra : dewa matahari / bulan dan matahari
2. Dewa Nut : dewa langit
3. Dewa Geb : dewa bumi
4. Dewa
Tefnit : dewa udara panas
5.Dewa Isis : dewa kesuburan
6. Dewa
Osiris : dewa sungai
7. Dewa
Nefus : dewa kekeringan
8. Dewa Su : dewa hawa
9. Dewa Sit : dewa padang pasir
Selain menyembah
banyak dewa, masyarakat Mesir kuno juga memuliakan hewan-hewan tertentu seperti
kucing, anjing, sapi, burung ibis dan masih banyak lagi bahkan buaya. Bila ada
seseorang yang membunuh hewan-hewan tersebut maka hukumannya adalah orang
tersebut juga akan dibunuh sesuai dengan cara orang tersebut membunuhnya
terutama sapi yang paling dimuliakan. Apis adalah seekor sapi jantan yang
dipelihara oleh pendeta-pendeta Mesir kuno, apis adalah semacam golongan sapi yang
paling dimuliakan dari sapi-sapi lainnya, seekor apis biasanya adalah sapi
jantan yang belum dikawinkan dengan sapi betina, apabila ada seekor apis mati
maka orang-orang mesir akan berkabung selama 70 hari, bangkainya akan diberikan
tamburan rempah-rempah dan wewangian dan dimakamkan dengan segala kehormatan.
Setelah
dewa-dewa utama, orang-orang mesir juga menyembah dewa-dewa lain yang lebih
kecil, yang bersifat individual atau lokal. Dewa-dewa kecil tersebut juga
memiliki lambang-lambang berupa binatang yang disucikan dan meurpakan lambang
kekuatan alam. Dewa-dewa tersebut adalah:
1. Dewa
Aton : dewa pagi hari
2. Dewa
Horus : dewa musim semi
3. Dewa
Hathor : dewa sapi
4. Dewa
Apis : dewa sapi jantan yang
dimuliakan
5. Dewa
Funix : dewa burung bangau
6. Dewa
Ibis : dewa burung air
7. Dewa
Thot : dewa pengetahuan
8. Dewa
Anubis : dewa kematian
Memuliakan
hewan-hewan tertentu oleh masyarakan Mesir kuno disebut dengan toteisme. Ada
yang menarik tentang toteisme, dalam bukunya yang berjudul “the future of an illusions” hal 41, Sigmund Freud membenarkan
bahwa toteisme memiliki hubungan erat dengan agama dikemudian hari. bisa
dikatakan bahwa toteisme adalah cikal bakal dari pembatasan-pembatasan moral
tentang larangan membunuh atau menyakiti binatang atau orang lain adalah
berawal dari ajaran toteisme. Jika orang-orang mesir kuno memuja binatang-binatang,
baik melalui simbol atau langsung kepada hewan itu, itu karena watak dan
pemikiran masyarakat mesir kuno masih terpengaruh oleh pengetahuannya dalam
memahami setiap gejala-gejala alam disekitarnya yang kemudian memunculkan
perilaku pemujaan terhadap gejala alam itu.
sebagai contoh,
saat air sungai Nil meluap dan mengakibatkan banjir, masyarakat meskir kuno
percaya bahwa air limpasannya adalah air mata dewa Isis yang menangisi kematian
dewa Osiris karena dibunuh oleh dewa Tefnit, padahal mereka tidak tau bahwa
sungai Nil adalah sungai yang senantiasa mengalir setiap tahun dari sumber mata
airnya dan sewaktu-waktu meluap karena hujan turun di beberapa wilayah di
sekitar sungai tersebut, bisa jadi hujan yang turun ada di negara Sudan namun
banjirnya ada di negara mesir.
kebaradaan mata
air sungai Nil baru dibuktikan oleh peneliti dari barat pada abad ke 10.
Sedangkan masyarakat Mesir kuno yang telah hidup berabad-abad sebelum masehi tidak
mempercayai adanya mata air yang menjadi sumber dari sungai Nil, sumber dari
sungai yang menghidupi mereka.
B. Ajaran pokok
kepercayaan masyarakat Mesir kuno.
Kepercayaan mesir kuno yang
paling utama adalah, setelah kematian akan ada kehidupan. Menurut ajaran mereka
Firaun adalah mahluk suci jelmaan Tuhan-tuhan mereka di bumi, yang turun untuk
melindungi, mengawasi dan menyelenggarakan keadilan bagi masyarakatnya, ini
sebabnya para firaun mengingkari ajaran yang dibawa nabi Musa dan nabi Harun
tentang agama dan kepercayaan. Hal tersebut diabadikan dan dijelaskan dalam
Surah Yunus ayat 78 yang artinya :
“mereka berkata : apakah kamu datang kepada kami untuk memalingkan kami
dari apa yang kami dapati dari nenek moyang kami melakukannya, dan supaya kamu
berdua mendapatkan kekuasan di atas bumi ini? Kami tidak akan mempercayai kamu
berdua” [Q.S Yunus : 78] .
Kehidupan
setelah kematian merupakan bagian penting dari kepercayaan masyarakat mesir
kuno. Mereka percaya bahwa roh manusia
akan tetap hidup meski jasadnya sudah mati, kemudian roh manusia itu akan
dibawa oleh malaikat-malaikat ke tempat persidangan untuk dihakimi berdasarkan
timbangan kebaikan dan keburukan yang dilakukan oleh roh itu semasa hidupnya,
tentu saja bila kebaikan yang lebih berat maka ia akan hidup dalam keadaan
bahagia dan mendapat kepuasan, sementara bila kenurukan yang lebih berat maka
ia akan hidup sengsara dan menjapat sikasaan. Keyakinan tentang adanya
timbangan bagi mereka yang sudah mati, persidangan itu dipimpin oleh dewa
Anubis sebagai dewa kematian. Jantung si mayat akan diambil dan diletakan di
salah satu sisi timbangan kemudian di sisi lainnya akan diletakkan sehelai bulu
mewakili Dewi Maat yaitu dewi kejujuran dan keadilan dan merupakan putri Dewa
matahari.
Jadi, bagi
masyarakat mesir kuno kematian bukanlah akhir dari segalanya karena seseorang
akan hidup kembali seperti semula. Itu sebabnya mengapa mereka membuat mummi,
mengawetkan jenazah demi menjaga keutuhannya yang mampu bertahan sampai puluhan
tahun. Hal ini pula yang mendorong masyarakat mesir kuno membangun piramida
diatas kuburan orang-orang yang sudah mati. Kepercayaan ini disimbolkan dengan
ankh atau kunci kehidupan. Ankh merupakan salib Firaun sebuah simbol yang
paling suci sepanjang peradaban mesir kuno, ukirannya terdapat di makam-makan
dan di tembok-tembok kuil.
Gambar : ankh
atau salib firaun
Kepercayaan
bangsa Mesir kuno tentang kehidupan di hari kemudian jelas-jelas menunjukkan
paralelisme (kesamaan pandangan) dengan kepercayaan monotheisme dan
agama sejati (yang benar). Perintah-perintah suci pada dasarnya sudah
sampai kepada mereka, namun mereka menyelewengkannya dari monotheisme berubah menjadi
politheisme.
C.
Kepercayaan dan pemujaan
1.
Perlakuan masyarakat mesir kuno terhadap mummi dan para raja.
Bagi masyarakat mesir kuno para
raja adalah keturunan dewa, oleh karena itu mereka percaya bahwa bila raja
mereka mati maka arwahnya akan bergentayangan disekitar jenazahnya selama
jenazah itu masih utuh dan belum rusak. Mereka percaya arwah dari raja tersebut
akan membantu bagi penerusnya untuk menjalankan kekuasaannya di Mesir. proses
pengwetan jenazah itu memakan waktu sampai 70 hari lamanya, tubuh dibungkus
dengan kain-kain yang berisi jimat agar terhindar dari peristiwa buruk.
Setelah
dibacakan doa-doa, mummi ditempatkan didalam peti mati berisi ukuran-ukiran
dari emas dan perhiasan permata. Selanjutnya peti berisi mayat raja tersebut
akan dikebumikan tepat dipusat piramida. Dinding dibagian dalam piramida diukir
dengan kalimat mantra-mantra dan juga diisi dengan harta benda sebagai bekal
sang raja di alam baka, seperti pakaian, peralatan perang pedang dan perisai,
perhiasan emas permata, gelas kristal, piring kramik, sendok dan garpu dan
lain-lain. Setelah pemakaman raja selesai jalan masuk kedalam piramida pun
ditutup dengan batu besar agar tidak dimasuki maling, namun tetap disediakan
lubang kecil untuk jalan keluar masunya roh sang raja.
2.
Pemujaan terhadap berhala.
Bangsa
mesir kuno menyembah banyak dewa, disertai pula dengan berbagaimacam patung berhala.
Mereka percaya bahwa dewa-dewa itu bersemayam didalam patung tersebut, seperti
contohnya patung spinx yang merupakan patung singa berkepala manusia, dipercaya
sebagai penjaga piramida makam para raja-raja mesir.
3.
pemujaan terhadap binatang.
Bangsa
mesir percaya bahwa sering kali dewa turun ke bumi dan menjelma sebagai
hewan-hewan yang dimuliakan.
4.
pemujaan terhadap kekuatan alam.
Negara
Mesir adalah negara padang pasir yang memiliki iklim yang panas, karna jarang
sekali hujan turun di negara ini. Sedangkan matahari menyinari negara ini
hampir sepanjang hari. Kalau bukan karena adanya sungai Nil yang mengalir di
sisi timur negara ini maka mesir hanyalah seonggok padang pasir tandus belaka.
Oleh karena itu tidaklah heran bila orang-orang mesir menyembah dewa matahari
dan sungai Nil adalah tempat berkumpulnya dewa-dewa alam semesta.
Dewa-dewa
alam yang disembah oleh masyarakat mesir kuno lama kelamaan jadi bertambah
jumlahnya. Seperti dewa langit, dewa bumi, dewa air, dewa kesuburan dan
lain-lain, namun bagi mereka dewa tertinggi adalah dewa matahari.
Dari
uraian-uraian kepercayaan masyarakat mesir kuno diatas dapat dianalisis sebagai
berikut:
1) Sistem
kepercayaan masyarakat Mesir kuno pada ribuan tahun yang lalu adalah politheisme,
dimana yang paling berperan penting dalam gerak keagamaan di kalangan rakyat
adalah farao-farao (firaun-firaun) dan para pendeta.
2) Di
samping politheisme terdapat pula benih-benih monotheisme, sebenarnya
kepercayaan mereka tentang adanya kehidupan setelah kematian sudah mencerminkan
monoteisme itu sendiri, dan ajaran firaun Achmaton yang memuja dewa aton. Sedangkan
dewa-dewa lainnya dipandang sebagai suatu kepalsuan yang diciptakan oleh
pendeta.
3) Kedua
faham bangsa Mesir kuno (politheisme dan monotheisme) itu bersifat alamiah
(natural) dan materialistis karena keduanya memperdewakan benda-benda alam.
Jadi fahamnya belum sampai ke tingkat abstrak ataupun metafisik.
4) Agama
dan kepercayaan yang tercipta berdasarkan hasil pemikiran terhadap gejala-gejala
alam, itu lebih tepat disebut dengan kebudayaan manusia, atau filsafat rohaniah
bangsa itu sendiri.
5) Menurut
pandangan seorang ilmuan yang bernama E.B. Taylor, kepercayaan monotheisme
bangsa Mesir kuno dianggap sebagai puncak perkembangan evolusioner kepercayaan
manusia terhadap hal yang gaib.
6)
Monotheisme yang dapat mencapai kebenaran obyektif tertinggi harus berdasarkan
wahyu langsung ataupun tidak langsung, atau melalui proses pemikiran manusia
sendiri terlebih dahulu kemudian Allah SWT. Menunjukkan jalannya yang benar
seperti halnya Nabi Ibrahim as dalam proses pencarian Tuhan yang benar. Dalam
proses pencarian Tuhan, Nabi Ibrahim mengawalinya dengan melihat dan memikirkan
keindahan alam semesta ini, dari yang kecil kecil sampai yang sebesar-besarnya.
Mula-mula ia memperhatikan bintang dan bulan, setelah fajar menyingsing
hilanglah sinar bintang dan bulan tersebut. Nabi Ibrahim berkata; Aku terlepas
dari yang fana atau rusak ini. Kemudian ia pun memperhatikan matahari, lalu
beliau berkata; inilah Tuhan, inilah lebih besar. Tetapi setelah matahari itu
terbenam: beliau berseru: “kaulah Tuhan tidak memberi petunjuk padaku, pastilah
aku termasuk orang-orang yang sesat. Sesunggunya aku hadapkan mukaku kepada
Tuhan yang menciptakan langit dan bumi: aku
cenderung untuk menjadi orang yang menyerahkan diri kepada Tuhan. Tiada aku
dari golongan orang-orang musyrik. Kisah tentang Nabi Ibrahim yang mencari
tuhannya yang menciptakan langit dan bumi, itu diabadikan oleh Allah SWT. dalam
Q.S. Al-An’am: 74-79.
7) Baik
politheisme maupun monotheisme bangsa Mesir kuno tidak lain adalah termasuk
agama ardhi (agama bumi) yaitu agama yang diciptakan manusia sendiri
melalui kreasi budayanya.
---
Bangsa mesir kuno sudah memiliki
peradaban yang tinggi. Terbukti dari kemampuan mereka membangun
piramida-piramida yang tak sedikit jumlanhya, kemampuan mereka membuat patung
dari tanah serta kemampuan mereka membuat saluran irigasi dari air sungai Nil
untuk keperluan pertanian mereka. Akan tetapi mereka belum mengenar arti dari
ketuhanan yang sesungguhnya. Hal ini membuktikan bahwa untuk mengenali Tuhan
diperlukan petunjuk atau wahyu yang diampaikan kepada seorang utusan atau kita
sebut sebagai nabi (nabi dan para rasul).
Agama.
Atau kepercayaan masyarakat mesir kuno sebelum datang kenabian padanya, maka
tidak termasuk dalam agama wahyu, karena unsur-unsur yang terdapat dalam agama
wahyu tidak ditemukan dalam kepercayaan masyarakat mesir kuno. Agama yang
sebenarnya adalah yang harus memiliki ketuhanan, mempunyai nabi, mempunyai kitab
suci, dan percaya akan adanya kehidupan akhirat. Walau masyarakat mesir kuno
sudah mampu membuat peradaban yang terbilang maju namun dalam sisi ketuhanan
mereka tidak mendapatkan kebenaran apapun. Inilah bukti bahwa hanya Allah yang
mampu membuat agama yang sempurna kepada manusia…
Wallahualam.
bersambung
pada bagian ke-2 (The ancient religion - part 2: People of Zoroastrianism and the Prophet of
Zarahustra)
Sumber :
Jurnal Rihlah vol. III no 1 Oktober 2015 (Nurlidiawati) sejarah agama-agama (studi historis tentang agama kuno masa lampau).
Penulis :
Armadhana
Alhamdulillah nambah lagi ilmu
BalasHapusGreaatt
BalasHapus👍👍
BalasHapus