Seputar down syndrome
Down Syndrome
Secarik
kertas dia ambil. Matanya menatap tajam pada kanvas bergambar pisang dan tomat
dihadapannya, dia pun mulai mewarnai gambar itu dengan pinsil warna yang dia
pilih, kuning untuk pisang dan merah untuk tomat, gores demi gores dia torehkan
perlahan mewarnai gambar itu.
“nak… kamu gambar apa?” tanya ibu
guru yang datang menghampirinya.
“pis…a.. ng” jawab anak itu.
Derry duduk sendiri di sudut
kelas itu, terlihat tak bergaul dengan teman-teman lainnya. Pakaiannya kotor
terkena noda sisa makanan tadi pagi, dan sepatunya pun basah entah terkena apa. Sering kali ibu guru
menegur Derry karena dia datang ke sekolah dengan kondisi seperti itu, tapi
Derry hanya menetap diam sang ibu guru seakan tak mengerti apa yag
dikatakannya.
Ya.. itu lah Derry. Remaja
berusia 16 tahun itu masih belajar mewarnai layaknya anak TK. Bagaimana
tidak? Down syndrome yang dia miliki
memaksanya untuk tetap belajar seperti itu. tak seperti remaja-remaja lain
seusianya yang sibuk di sekolah menengah atas, sibuk dengan tugas sekolah yag lebih
sulit, bahkan sibuk dengan percintaan. Tapi tidak dengan Derry.
Down Syndrome
Apakah down syndrome?
Didalam DSM 4, Down syndrome
adalah bentuk yang paling sering dijumpai dalam gangguan retardasi mental,
termasuk dalam aksis 2 bersama dengan gangguan kepribadian. Gangguan ini
ditandai dengan kelemahan atau ketidak mampuan kognitif anak yang muncul
sebelum usia 18 tahun. Kecerdasan anak berada dibawah normal (IQ 70 atau bahkan kurang dari 70) juga ditandai dengan keterbatasan fungsi adaptif lain minimal
dalam 2 hal dibawah ini :
- Keterampilan merawat diri
- Keterampilan bersosial
-
Keterampilan berkomunikasi
-
Kesehatan dan keamanan
-
Penggunaan fasilitas
-
Akademik fungsional
Untuk menegakkan diagnosis
seseorang menginap retardasi mental atau tidak ada beberapa hal yag harus
diperhatikan.
1. Kriteria pertama, seseorang harus memiliki intelektual yang
secara signifikan berada di tingkatan dibawah rata-rata, yang ditetapkan berdasarkan
satu tes IQ.
2. Adanya keterbatasan fungsi adaptif minimal 2 hal dari yang tadi
sudah ditulis diatas.
Melihat dari kasus Derry diatas, nampaknya Derry memiliki
keterbatasan dalam hal keterampilan berkomunikasi, dan merawat diri.
3. Anak dengan retardasi mental semua ciri-ciri ketidakmampuan itu
harus muncul sebelum usia anak menginjak 18 tahun.
Lantas seperti apa perkembangan anak yang normal?
Umur 2 tahun mampu mengucapkan setidaknya 50 kata yang
dikenali. Selain itu dapat membuka sweater, atau kancing baju tanpa dibantu.
Umur 5 tahun mampu untuk menceritakan cerita populer,
dongeng, atau jalan cerita program TV serta mengikat tali sepatu yang menjadi
suatu simpul, tanpa bantuan.
Umur 8 tahun mampu untuk menyimpan rahasia lebih dari 1 hari
dan sudah bisa membeli kebutuhan sendiri.
Umur 11 tahun mampu untuk mengunakan telepon untuk semua jenis
panggilan, tanpa bantuan . menonton TV atau mendengarkan radio untuk informasi
tertentu.
Apa faktor retardasi mental?
Faktor prenatal
Konsumsi alkohol pada ibu hamil dapat menimbulkan gangguan pada
anak yang mereka lahirkan salah satunya adalah dapat menyebabkan anak yang
lahir mengidap retardasi mental. Selain itu keterpaparan bahan kimia dan
nutrisi yang buruk dapat menambah besar kemungkinan anak yang lahir mengidap
disabilitas. Penyakit yang diderita ibu juga dapat menyebabkan retardasi
mental, seperti sifilis, cytomegalovirus, dan herpes genital.
Faktor biologis
Kebanyakan peneliti percaya bahwa di samping pengaruh-pengaruh
prenatal, penderita retardasi mental juga dipengaruhi oleh gangguan genetik
Jumlah kromosom dalam sel-sel manusia yang berjumlah 46 baru
diketahui 50 tahun yang lalu Tiga tahun berikutnya, para peneliti menemukan
bahwa penderita Down Syndrome memiliki sebuah kromosom kecil tambahan. Semenjak
itu sejumlah penyimpangan kromosom lain menimbulkan retardasi mental telah
teridentifikasi yaitu Down syndrome dan Fragile X syndrome.
lantas bagaimana sikap orang tua seharusnya pada anak yg memiliki Down syndrome?
tentu setiap orang tua mengidamkan memiliki anak yang terlahir tanpa cacat fisik atau pun cacat mental. namun bila suatu hari itu tak terwujud apa yg harus kita lakukan?
Allah subhanahuwata'ala berfirman dalan surah Al Baqarah ayat 177 yang artinya
"dan, orang-orang yang bersabar dalam kesempitan, penderitaan atau peperangan, meraka itulah orang-orang yang benar (imannya) dan mereka itu orang-orang yang bertaqwa" (QS Al Baqarah 177)
dapat diambil kesimpulan berdasarkan potongan ayat diatas bahwa dalam menghadapi penderitaan atau pun kesusahan hendaklah kita selalu bersabar. hal pertama yag harus kita lakukan adalah sabar. anggaplah bahwa anak yng terlahir dengan down syndrom merupakan jalan kita untuk belajar bersabar dan tawakal mendekatkan diri pada sang Khalik sang maha pencipta. karena Allah tak pernah menciptakan 'produk' gagal untuk kita. bayangkan kita sebagai orang tua yg memiliki anak penderita down syndrom, bila suatu hari nanti anak itu tumbuh menjadi orang yang hebat, dalam arti berbakat dan bermanfaat bagi banyak orang, bukankah itu artinya kita berhasil mendidik anak?
hal kedua yag dapat kita lakukan untuk menghadapi anak penderita down syndrome adalah cari informasi. semakin banyak ilmu yang kita punya mengenai down syndrome itu semakin tepat pula pola asuh yang kita berikan untuknya. bahkan kita pun bisa membagi ilmu yang kita punya pada orang tua lain yang sekiranya mereka memiliki anak berkebutuhan khusus, salah satunya adalah down syndrome.
yang ketiga adalah cari bantuan profesional, seperti SLB atau yayasan peduli anak berkebutuhan khusus. percuma bila kita sudah bersabar dan memiliki ilmu namun tak mendpat bantuan dari pihak profesional. ilmu yang mereka miliki melebihi ilmu yang kita punya terkait dengan hal down syndrome.
Sumber : http://teguh-s--fpsi10.web.unair.ac.id/artikel_detail-83130-Psikologi-Retardasi%20Mental.html
ditulis oleh : Armadhana
:0
BalasHapus