Keterpeliharaan Al-Quran
Al-Quran Al-Karim. Sebuah kitab suci umat islam yang
turun langsung dari Allah SWT dan tetap terjaga keasliannya hingga kini.
Sebagai umat islam, kita memang diwajibkan
untuk mengimani bahwa Al-Quran adalah kitab suci yang dibuat langsung oleh
Allah SWT dan terjaga keasliannya, bahkan Allah SWT sendirilah yang menjaga
keaslian Al-Quran itu. hal ini tertulis dalam surah Al-hijr Ayat 9 Yang artinya
“sesungguhnya Kamilah yang menurunkan
Al-Quran, dan pasti Kami yang memeliharanya” (QS Al Hijr : 9)
Lantas apa
bukti bahwa Al-Quran ini diturunkan oleh Allah SWT?
sebelum menjawab pertanyaan itu, alangkah
baiknya kita mengetahui sejarah singkat “proses” pembukuan ayat-ayat Al-Quran
ini terlebih dahulu.
Pada awal Islam, bangsa Arab adalah bangsa yang buta
huruf, hanya sedikit yang pandai menulis dan membaca, pun nabi Muhammad SAW
adalah seorang yang buta huruf . Bahkan beberapa di antaranya merasa aib bila
diketahui tidak pandai menulis. Karena, orang yang terpandang pada saat itu adalah
orang yang sanggup menghafal, bersyair, dan berpidato. Waktu itu belum ada
"kitab". Kalaupun ada hanyalah sepotong batu, kulit binatang, atau
pelepah pohon kurma yang ditulis.
Setiap kali turun ayat,
Nabi menginstruksikan kepada para sahabat untuk menghafalnya dan menuliskannya.
Hanya ayat-ayat Al-Quran saja yang boleh ditulis. Selain ayat-ayat Al-Quran,
bahkan termasuk Hadist dan ajaran-ajaran Nabi yang didengar oleh para sahabat,
dilarang untuk dituliskan, agar antara isi Al-Quran dengan yang lainnya tidak
tercampur.
Setiap tahun, malaikat
Jibril, mengulang (repetisi) membaca ayat-ayat Al-Quran yang telah diturunkan
sebelumnya di hadapan Nabi. Pada tahun nabi Muhammad SAW wafat, yaitu tahun 632
Masehi, ayat-ayat Al-Quran dibacakan dua kali dalam setahun. Ini menarik sekali,
karena seolah-olah akhir tugas dan kehidupan Nabi di dunia ini telah
diantisipasi akan selesai.
Pada masa khalifah
pertama, Abu Bakar, banyak terjadi peperangan melawan orang-orang yang murtad
dan para nabi palsu. Banyak di antara mereka yang gugur dalam peperangan adalah
para penghafal ayat-ayat Al-Quran. Umar bin Khaththab mengusulkan untuk mengumpulkan
para penghafal Al-Quran itu, mereka disuruh membacakannya, kemudian disatukan,
lalu diteliti dan ditulis ulang. Kumpulan itulah yang ditulis oleh Zaid bin
Tsabit, mushaf pertama berupa lembaran-lembaran yang diikat menjadi satu (belum
berbentuk buku), disusun berdasarkan urutan ayat dan surat seperti yang telah
ditetapkan oleh Nabi sebelum wafat.
Sedangkan pada masa
Utsman bin Affan, tentara Muslim telah sampai ke Armenia, Azerbajan di sebelah
Timur dan bagian barat Tripoli. Kaum Muslim terpencar di seluruh pelosok
negeri, ada yang tinggal
di Mesir, Syria,
Irak, Persia dan lain-lain. Naskah beredar di mana-mana, hingga akhirnya urutan
surat dan cara membacanya jadi beragam, sesuai dengan dialek tempat di mana
mereka tinggal. Hal ini menjadikan pertikaian antarkaum Muslim sehingga
menjadikan kekhawatiran pemerintahan Utsman. Maka kemudian Utsman membentuk “panitia”
untuk membukukan ayat-ayat Al-Quran dengan merujuk pada dialek suku Quraisy,
sebab ayat Al-Quran diturunkan dengan dialek Quraisy, sesuai dengan suku nabi
Muhammad SAW. Buku tersebut diberi nama al-Mushaf, dibuat lima duplikat
dan dikirimkan ke lima tempat yaitu Mekkah, Syria, Bashrah, dan Kufah.
Sementara satu duplikat lagi disimpan di Madinah sebagai arsip dan disebut Mushaf
al-Imam.
Walaupun telah disatukan
dan diseragamkan, namun tetap cukup banyak Al-Quran di Afrika dengan dialek
berbeda, termasuk jumlah ayat yang "berbeda". Hal ini disebabkan
karena perbedaan membaca dalam pergantian nafas, hingga menjadi 6.666 ayat,
tetapi isinya tetap sama. Awalnya, pada zaman Nabi, al-Qur'an memakai dialek
Quraisy, tetapi kemudian berkembang menjadi tujuh dialek non-Quraisy. Pada
mulanya, ini dimaksudkan agar suku-suku lain lebih mengerti. Ada pula kelompok
tersendiri yang mempromosikan bahwa jumlah ayat 6.234, berbeda 2 ayat dengan
naskah Ustman, 6.236 ayat. Sedangkan mayoritas Muslim, berpegang teguh pada
naskah awal yang dikumpulkan semasa Khalifah Ustman, yaitu dialek Quraisy.
Hingga kini perbedaan kecil ini, menjadi sasaran kritik para Orientalis, bahwa
Al-Quran tidak asli lagi, dengan alasan karena telah ada campur tangan manusia
dalam transmisinya.
Lalu dimana naskah utsmani yang asli (al-mushaf)
disimpan? Apakah masih ada?
Menurut penjelasan The
Institute of Islamic Information and Education of America, naskah ustmani yang
asli disimpan di Museum Tashkent di Uzbekistan, Asia Tengah. Sedangkan hasil copy berupa fax ada di Perpustakaan
Universitas Columbia di Amerika Serikat.
Keterangan lebih lanjut
menjelaskan bahwa copy tersebut sama dengan apa yang dimiliki pada zaman
Nabi. Duplikat yang dikirimkan
ke Syria pada
masa Utsman juga masih ada di Topkapi Museum Istanbul Turki, namun sebelum
dipindahkan ke Istanbul, duplikat ini sudah terlebih dahulu kembali dibuat lagi
sebelum terjadi kebakaran pada tahun 1892 yang menghancurkan masjid Jami (di
Syria), di mana mushaf tersebut berada.
Sejauh ini, berkat upaya
para sahabat nabi dan atas pertolongan Tuhan Yang Maha Esa, isi Al-Quran masih
tetap sama sejak zaman nabi hingga sekarang.
Tetapi kalau memang semua ini otentik (asli/serupa) dengan naskah
aslinya, apakah dapat dibuktikan bahwa Al-Quran adalah benar-benar Allah SWT
yang menurunkannya?
Semua umat muslim
mengakui bahwa Al-Quran benar-benar Allah SWT yang menurunkannya, karena
didalam Al-Quran itu sendiri yang berkata demikian misalnya pada surah An-Nisa
ayat 82 yang artinya :
“Maka tidakkah
mereka menghayati Al-Quran? Sekiranya itu bukan dari Allah, pastilah mereka
menemukan banyak hal yang bertentangan didalamnya” (QS An-Nisa : 82)
Pada surah Al-Jasiyah
ayat 2
“kitab ini
diturunkan dari Allah Yang Mahaperkasa, Mahabijaksana” (QS Al-Jasiyah : 2)
Pada surah An-Naml ayat 6
“Dan sesungguhnya
engkau (Muhammad) benar-benar telah diberi Al-Quran dari sisi Allah Yang
Mahabijaksana, Maha mengetahui” (QS An-Naml : 6)
Dan masih banyak lagi
surat yang berkata demikian. Sebagian orang mungkin baru percaya setelah
membaca dan memahami isinya dengan baik, berpikiran jernih, dan mau membuka
hati dengan hal-hal yang baru. Namun bagi orang yang skeptis, pendapat apa saja
bisa dimungkinkan dan dipertimbangkan. Oleh karena itu, bagi orang luar, bukan
kalangan Muslim atau siapa pun itu, pilihannya adalah salah satu dari lima
kemungkinan dibawah ini tentang, siapakah gerangan yang mengarang Al-Quran?.
1. Nabi Muhammad SAW yang
menulisnya
2. ditulis oleh para
pujangga dan ilmuan Arab dan kumpulan cerita dari berbagai sumber
3. merupakan jiplakan
dari Injil dan Taurat
4. dibuat oleh mahluk
asing
5. dibuat langsung oleh
Tuhan
Sebagian muslim malah semakin
percaya karena mereka melihat faktor-faktor eksternal, tidak hanya internalnya
saja yang berasal dari dalam Al-Quran itu sendiri yang mengatakan bahwa Allah
SWT-lah yang menurunkan Al-Quran. Faktor-faktor eksternal itu adalah
1. Nabi Muhammad SAW dikenal
sebagi nabi yang Ummi, yaitu orang yang tidak bisa membaca atau pun menulis,
maka tidak mungkin bahwa nabi Muhammad-lah yang menulis isi Al-Quran, lagi pula
gaya bahasa dan bertuturkata nabi sangat berbeda dengan isi Al-Quran. Al-Quran
selalu menggunakan gaya bahasa yang unik, dimulai dari “katakanlah”, “Tuhan berkata”, “ingatkah”, “mereka bertanya”,
“demikianlah” dan sebagainya.
2. ada puluhan surah dan
ayat yang diawali dengan huruf-huruf hijaiyah namun tidak diketahui
apa maknanya, huruf sisipan atau fawaith. Seperti surah Yasin ayat pertama berbunyi “Ya Sin”, surah
Al-Baqarah ayat pertama berbunyi “Alif Lam Mim”, surah Maryam ayat pertama
berbunyi “Kaf Ha Ya Ain Shad”, dan lain sebagainya. Huruf-hururf hijaiyah ini
tidak ada perlunya bila manusia biasa yang membuatnya. Karena tidak dimengerti
oleh pembacanya hingga bertahun-tahun lamanya.
3. yang menarik adalah
nama Muhammad hanya disebutkan sebanyak empat kali didalam Al-Quran (didalam
tulisan arabnya bukan didalam terjemahannya), justru yang banyak disebutkan
adalah nama nabi Adam as dan nabi Isa as yang masing-masih disebutkan sebanyak
25 kali, malahan yang paling banyak disebut adalah nabi Musa as.
4. kisah-kisah sejarah
yang tertulis dalam Al-Quran serupa dengan cerita dalam kitab suci lainnya,
namun sangat berbeda dalam detail dan maknanya. Beberapa kisah masa lalu,
bahkan tidak ditemukan dalam kitab Yahudi atau Bibel. Seperti kisah bangsa
Tsamud, Ad, kota Iram, dialog antara Nuh as dengan puteranya sebelum banjir
terjadi, dan "percakapan semut yang didengar Sulaiman as".
5. didalam Al-Quran juga
terdapat seruan-seruan yang ditujukan kepada makhluk lain selain manusia,
seperti jin dan golongan-golongannya, atau mungkin mahluk yang belum diketahui
manusia. Ayat-ayat seperti ini tidak ada perlunya bila manusia biasa yang
menciptakannya, apa manfaatnya?.
6. rincian tentang jin,
malaikat, penciptaan banyak alam semesta (multiple universes), penciptaan
banyak bumi, fenomena ilmiah, dimana pengetahuan manusia belum atau baru saja
mengetahui.
7. struktur kodetifikasi
(pengkodean) yang ditemukan dalam Al-Quran. Yang mangatakan untuk menambah
keimanan bagi orang yang beriman dan membuat jadi tidak ragu-ragu bagi pembaca
kitab ini yaitu surah Al-muddatstsir ayat 31.
Dengan melihat
faktor-faktor eksternal ini sebagian besar umat Muslim semakin percaya bahwa
kecil kemungkinannya Al-Quran dibuat oleh manusia biasa, atau pun makhluk lain
semisal jin atau malaikat.
Sumber : (Arifin Muftie, Matematika Alam Semesta, 2005, PT Kiblat
buku utama. Bandung)
Ditulis oleh : Armadhana
Komentar
Posting Komentar