“Hari Ibu” Bagaimana Menyikapinya??
Ibu… Mungkin diantara kita sudah sangat bosan sekali dengan materi Ibu ini. Dari SD sampai saat ini yang dibahas Ibu terus. Tapi sadarlah kawan ada sesuatu yang berbeda dalam pembahasan ini. Yuk, disimak….
Ibu dalam Islam
sangatlah dimuliakan. Banyak ayat di
al-qur’an yang berkaitan dengan Ibu. Salah
satunya Al-Luqman ayat 14
وَوَصَّيْنَا الْإِنسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا
عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ
الْمَصِيرُ ﴿١٤﴾
Artinya :
Dan
Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya;
ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan
menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu
bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.
Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah menyuruh kepada manusia untuk
berbakti kepada orang tua. Khususnya Ibu. Mengapa?? Karena Ibu yang telah
mengandung kita selama Sembilan bulan. Dari yang hanya gendut kecil, sedang
sampai besar sekali. Kemudian tiba waktunya Ibu melahirkan. Tahukah kalian jika
seorang ibu mati ketika melahirkan, maka syahidlah matinya. Tidak berhenti
disitu, Ibu juga lah yang menyusui kita. Sehingga disini pantaskah kita
(manusia) tidak menghormati Ibu??
Dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, belia
berkata, “Seseorang datang
kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dan berkata, ‘Wahai Rasulullah,
kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi
wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Dan orang tersebut kembali bertanya, ‘Kemudian
siapa lagi?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Orang
tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau menjawab, ‘Ibumu.’
Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi,’ Nabi shalallahu ‘alaihi
wasallam menjawab, ‘Kemudian ayahmu.'” (HR.
Bukhari no. 5971 dan Muslim no. 2548)
Dari hadist tersebut, Rasullullah telah menjelaskan
kedudukan seorang Ibu, Ibu sungguh dimuliakan, hingga disebutkan sebanyak 3
kali kemudian baru ayahmu. Semoga disini kita semakin memahami bahwa Islam juga
menghormati Ibu. Bukan hanya pada satu hari atau satu waktu melainkan sepanjang
hari dan sepanjang waktu.
Lalu, Bagaimana
pandangan Islam mengenai “Hari Ibu”??
Sebelum langsung ke pokok pembahasan, mari kita cari tahu dahulu yuk, sejarah Hari Ibu itu sendiri. Pada tahun 1928 semangat Kongres Pemuda Indonesia belum
padam. Selanjutnya pada tanggal 22- 25 Desember 1928 para pejuang pergerakan
perempuan mengadakan kongres perempuan Indonesia. Pada kongres pertama ini
didirikan satu organisasi dengan nama Perikatan Perkoempoelan
Perempoean Indoenesia (PPPI).
Kemudian pada tahun 1929 diadakan kongres II.
Singkatnya, dihasilkan lah fungsi utama Perempuan Indonesia sebagai
Ibu bangsa, yang berkewajiban menumbuhkan dan mendidik generasi baru yang lebih
menyadari dan lebih tebal rsa kebangsaannya.Pada tahun 1938 diadakan Kongres Perempuan Indonesia III di Bandung menyatakan bahwa 22 Desember sebagai Hari Ibu. Selanjutnya,
dikukuhkan oleh pemerintah dengan keputusan presiden nomor 316 tahun 1959
tentang hari-hari nasional yang bukan hari libur. Peristiwa besar yang terjadi
pada tanggal 22 Desember kemudian dijadikan tonggak lahirnya Hari Ibu oleh bangsa
Indonesia.
Dari sejarah singkat di atas makna dari Hari Ibu adalah
sebagai Hari kebangkitan dan persatuan
serta kesatuan perjuangan kaum perempuan yang tidak terpisahkan dari kebangkitan perjuangan
bangsa.
Jadi, hari Ibu dijadikan hari nasional untuk mengingatkan kepada kita kaum muda
jangan melupakan bahwa peran perempuan saat perjuangan itu juga besar.
Jika melihat sejarah singkat tersebut, lalu
membedakannya dengan situasi dan kondisi kita saat ini dalam memperingati Hari
Ibu sangatlah jauh berbeda. Apa yang kita lakukan seperti mengucapkan sayang
kepada Ibu, memberi hadiah, dan lain sebagainya, yang sebenarnya dapat kita
lakukan pada hari – hari lain. Mengapa harus menunggu 22 Desember ??
Sebaliknya seharusnya pada tanggal tersebut kita dapat
peringati sebagai bentuk kepedulian kita kapada perjuangan perempuan pada masa
penjajahan.. buatlah suatu gerakan sebagaimana yang telah para pejuang
perempuan lakukan. Jika tidak bisa, kita bisa mendoakan mereka, walaupun
mendoakan mereka tidak harus menunggu tanggal 22. Jadikanlah 22 desember
sebagai hari nasional untuk mengingatkan diri kita kembali bahwa perempuan pada
zaman penjajahan juga mereka bergerak bukan diam.
Mengapa
bisa terjadi perubahan makna Hari Ibu di tengah- tengah masyarakat kita??
Terlalu banyak campur tangan pihak luar yang ingin
menjadikan Islam terpecah belah. Islam sendiri memperbolehkan memperingati Hari
Ibu jika makna dari memperingati Hari Ibu itu untuk mengingatkan kita pada jasa
para pahlawan perempuan kita. Seperti halnya kita memperingati 17 Agustus.
Tetapi jika 22 Desember dijadikan sebuah momentum untuk menghormati Ibu, maka sebaiknya jangan
hanya diperingati pada 22 Desember saja. Melainkan juga tanggal – tanggal dan
hari-hari lainnya karena sayang Ibu sepanjang waktu.
Sumber:
Kajian IMMawati "Ga Baper" 16 Desember 2016 Pemateri : Rohmatul Hidayah
Komentar
Posting Komentar